Home / Kolom

Kamis, 3 Juli 2025 - 17:04 WIB

Sejarah Berulang, Tak Semata Soal Masa Lalu

Hermawansyah, aktivis dan pegiat sosial.

Hermawansyah, aktivis dan pegiat sosial.

Sejarah berulang. Begitulah teori klasik yang mengkonfirmasi bacaan kita tentang keadaan hari ini. Sebab makin kesini, soal-soal yang tampak di tingkat lokal hingga geopolitik global, seperti membuat kita ‘dejavu’.

Loh kok sepertinya mirip ya dengan situasi dan momentum yang pernah kita baca, lihat serta rasakan sebelumnya. Sebut saja misalnya momentum reformasi 98, isu-isu yang muncul kini seolah merujuk pada situasi 27 thn lalu.

Belum lagi rencana menjadikan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional dan penulisan ulang sejarah Indonesia, seakan ingin mengaburkan bahkan mengubur jejak dosa masa lalu Orde Baru. Tentulah para pelaku sejarah reformasi teriak menentang rencana ini.

Ditingkat global, perang Iran-Israel menggambarkan ‘peta baru’ dalam dinamika relasi warga dunia. Poros Teheran-Moskow-Beijing mengingatkan kita pada masa perang dingin antara NATO & Pakta Warsawa. Atau dulu Bung Karno-dimasa ‘demokrasi terpimpin’, juga pernah membangun aliansi geopolitik poros Jakarta-Peking-Pyongyang-Moskow.

Kini, irisan koalisi baru antar ‘barat-timur-asia’ bukan lagi urusan Kapitalisme versus Komunisme, namun lebih ‘ideologis’ menyangkut perlawanan atas hegemoni dan dominasi poros Israel-USA terhadap tanah Palestina.

Dunia tak lagi seimbang, “ungkap pengamat luar negeri. Perlu upaya terkonsolidasi untuk menata kembali hubungan antar warga dunia yg lebih setara dan adil. Lalu kita diajak membuka lembaran sejarah kebangsaan Indonesia.

Bagaimana dulu pada 30 September 1960-Sidang Umum PBB di New York, Bung Karno mengajak ‘Membangun Dunia Kembali; ‘To Build A World Anew’. Sebuah tatanan dunia yang adil dan setara tanpa imperialisme dan kolonialisme.

Sebuah narasi berbasis perjuangan global negara-negara Asia-Afrika yang sebelumnya dikonsolidasi Bung Karno dlm KAA 1955 di Bandung. Sebab masa itu masih banyak negara di Asia-Afrika yang terkungkung dalam kolonialisme-imperialisme.

Baca juga:  Kecerdasan Perang Dagang

Sebagaimana yang terjadi pada tanah Palestina, sejak 1948 hingga kini. Imperium Inggris memberi jalan bagi komunitas Yahudi-Zionis untuk mencaplok tanah Palestina dan mendirikan negara Israel. Hingga kini ‘konflik tanah’ di Jalur Gaza dan Tepi Barat masih berlangsung. Klimaksnya, pecah perang 12 hari Iran-Israel atas ‘cawe-cawe’ Donald Trump.

Apakah ‘pemanasan’ perang dunia ketiga itu akan padam? Tampaknya belum, sepanjang akar masalahnya blm diselesaikan, yakni Kemerdekaan Palestina atas tanah airnya. Sebagaimana sikap Bung Karno dulu yg msh mjd pondasi politik luar negeri Indonesia atas isu Palestina.

“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia menentang penjajahan Israel”, begitu ucapan lantang Bung Karno menegaskan pembelaan Indonesia thd bangsa Palestina.

Bagaimana Indonesia Kini?

Terbaru, Prabowo mendapatkan apresiasi para pimpinan negara & delegasi International Economic Forum di St.Pitersburg. Didepan Vladimir Putin, Prabowo menawarkan ‘jalan tengah’ antara Sosialisme & Kapitalisme. Inovasi untuk ‘improve’ pertumbuhan ekonomi sangat penting, namun intervensi dan pembelaan negara pada yang lemah-miskin juga harus tetap konsisten.

Pidato tanpa teks Prabowo itu mendapatkan acungan jempol dari Putin. Utamanya saat Prabowo menyebut bahwa kehadirannya di Rusia menunjukkan komitmennya atas undangan Moskow. Dalam kacamata diplomasi, Prabowo menegaskan standing Indonesia pada poros BRICS.

Pada saat bersamaan, Indonesia tidak hadir pada forum G7 yang diorganisir oleh poros Amerika-Eropa. Informasi yang beredar, sepulang dari Moskow, Pemerintah membawa pulang komitmen Rusia untuk membantu pengembangan energi nuklir di Indonesia sebesar 73 Triliun.

Baca juga:  Sita Rekening dan Tanah Tak Digarap, Adilkah?

Diplomasi dan narasi Presiden Indonesia itu menggambarkan bahwa Prabowo adalah sosok pemimpin yang faham sejarah. Lalu coba menawarkan gagasan tentang arah kedepan seperti apa baiknya ‘tata kelola dunia’ saat ini.

Sejarah tidak semata soal rekonstruksi masa lalu, namun yang lebih penting adalah konstruksi masa depan. Kita perlu bercermin pada sejarah, menengok sejenak ke belakang. Pembelajaran apa yang dapat dipetik untuk membantu kita menemukan ‘jendela dan pintu’ perubahan. Apakah ‘window of opportunity’ masih tersedia? Apakah harus menggedor ‘pintu kekuasaan’? Sehingga dari situ akan nampak jalan mana yang akan kita tempuh?

Disini pentingnya arah perubahan untuk dirumuskan? Agar kita tidak tersesat dijalan pikiran sendiri dan kelompok. Arah itu menyangkut visi & cita-cita yang akan memandu gerak-langkah kita semua. Kemana Indonesia bergerak menuju perubahan 20 tahun yang akan datang? Apakah ‘Indonesia Emas’ 2045 akan mewujud? Menyeberangi ‘jembatan emas’ yang mana kita dapat mewujudkan itu?

Mari perlahan kita buka ruang dialog antar dan lintas generasi guna mendekatkan frekuensi. Agar pikiran-pikiran segenap anak bangsa dapat ‘dipertengkarkan’ demi merumuskan visi & arah perubahan.

Sisanya tinggal dikawal bersama proses dan transisinya. InsyaAllah semesta tidak akan tinggal diam merespons dialektika perubahan yang berlangsung di Bumi Nusantara. Amin Yaa Robbal’alamiin…

-Jas Merah- M e r d e k a !!! Ptk-Ujungpandang 89, 1 Juli 2025

[Hermawansyah, kolumnis, aktivis reformasi dan pegiat sosial, salah seorang pendiri Gemawan-Lembaga Pengembangan Masyarakat Swandiri, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, GMNI] – Update Berita, ikuti Google News 

Share :

Baca Juga

Khairul Rahman, Editor in Chief Pontianak Times dan Pimpinan Baznas Provinsi Kalbar

Kolom

Cahaya Zakat, Keajaiban Muzaki dan Mustahik
Sejarah perang dan apa pentingnya mengetahui sejarah ini

Kolom

Kuasa Pemenang Perang
ilustrasi kebodohan yang berulang

Kolom

Kebodohan yang Mematikan
M Hermayani Putera

Kolom

Sita Rekening dan Tanah Tak Digarap, Adilkah?
Beni Sulastiyo

Kolom

Kecerdasan Perang Dagang
KH Didik Imam Wahyudi

Kolom

Keutamaan Sedekah 10 hari Terakhir Ramadan
Hermawansyah, kolumnis, aktivis reformasi dan pegiat sosial, salah seorang pendiri Gemawan-Lembaga Pengembangan Masyarakat Swandiri

Kolom

Ekosistem Perjuangan Masyarakat Sipil
Beni Sulastyo

Kolom

Tak Mungkin Dibiarkan Bisa Pintar
error: Content is protected !!