Pontianak. Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan Hari Raya Iduladha 1442 H, Selasa, 20 Juli 2021. Iduladha yang bertepatan dengan 10 Dzulhijjah ini disebut juga Hari Raya Haji atau Idul Qurban. Tepat di hari itu pula kaum muslimin melaksanakan wukuf di Arafah sebagai bagian dari rangkaian dari pelaksanaan rukun Islam yakni ibadah haji.
Pada hari itu sangat dianjurkan untuk berkurban atau menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi dan unta. Kemudian sembelihan itu dibagikan untuk dikonsumsi kepada shohibul qurban (orang yang berkurban), kerabat, teman, tetangga sekitar dan orang fakir dan miskin.
Setidaknya terdapat dua dimensi pelaksanaan Iduladha. Pertama, dilihat dari sisi sejarahnya berupa napak tilas Nabi Ibrahim yang taat dan patuh dengan segala pengorbanannya melaksanakan perintah Allah Subhanahuwata’ala. Nabi Ibrahim ketika itu menempatkan istrinya, Hajar dan anaknya Nabi Ismail di lembah tandus, dan gersang terletak seribu kilometer lebih dari Kota Palestina.
Kisah ini diabadikan dalam QS Ibrahim: 37
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”
Tatkala Siti Hajar kehabisan air minum dan tidak bisa menyusui nabi Ismail, kemudian sang Ibu mencari air kesana kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang gersang itu kemudian memiliki persediaan air melimpah yang banyak didatangi orang. Datang rezeki dan tempat itu dan sekitarnya menjadi makmur. Lembah itulah yang sekarang terkenal dengan Kota Mekkah Almukarromah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan peran seorang ibu.
Firman Allah Allah Subhanahuwata’ala kepada Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:126
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.”
Lulus Ujian
Nama lain Idul Adha adalah Idul Qurban atau Idul Nahr yang artinya hari raya penyembelihan. Hal ini bagian dari peringatan atas ujian kepada Nabi Ibrahim yang sabar sehingga mendapat gelar “Khalilullah” atau yang disayang Allah Subhanahuwata’ala. Kekayaan melimpah tidak membuat Nabi Ibrahim lalai. Lagi-lagi Nabi Ibrahim lulus dari ujian ketika diperintahkan mengorbankan putra kesayangannya yang masih berusia 7 tahun yakni Nabi Ismail.
Peristiwa fenomenal ini terdapat dalam Al-Qur’an Surah As-Saffat:102
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Saat keduanya hendak melaksanakan perintah itu, datanglah setan yang menggoda agar tidak dilakukan Nabi Ibrahim. Terhadap godaan itu, kemudian Nabi Ibrahim mengambil batu kerikil lalu lalu melemparkannya seraya mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Historis ini diabadikan jamaah haji yang disebut melempar jumrah.
Nabi Ibrahim sesaat mengayunkan pisau ke leher putra kesayangannya yang juga rela dan ikhlas, tiba-tiba Allah Subhanahuwata’ala berfirman, menghentikan perbuatan itu tidak usah diteruskan. Allah Subhanahuwata’ala meridhoi sikap tawakkal keduanya. Kemudian mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ketaatan Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail merupakan makna simbolis sebagai bahan pembelajaran untuk ketakwaan sebagai hubungan makhluk dengan penciptanya, dan hubungan sesama manusia berupa kepekaan sosial melalui penyembelihan hewan qurban. Empati rasa lapar dan dahaga juga diwujudkan dengan ibadah sunnah berupa puasa Dzulhijjah yang dilaksanakan 1-7 Dzulhijjah, puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah dan puasa Arafah 9 Dzulhijjah, atau satu hari sebelum Iduladha.
Perayaan Idualadha juga tidak terlepas dari peribadatan berupa sholat sebagai amal khusus di hari raya yang pahalanya luar biasa. Berikut ini, silakan klik tatacara Sholat Iduladha.
Penulis: R. Rido Ibnu Syahrie