Home / Historia

Minggu, 20 Juni 2021 - 07:02 WIB

Pulau Kabung Pernah Diincar Bajak Laut

Pemandangan alam Pulau Kabung yang mempesona. (foto: pontianak-times.co.id)

Pemandangan alam Pulau Kabung yang mempesona. (foto: pontianak-times.co.id)

Setelah perjalanan kurang lebih 45 menit dari Samudera Indah Singkawang naik motor air, atau biasa disebut perahu klotok, saya bersama keluarga sampai di Pulau Kabung. Pulau ini secara geografis berada di Dusun Tanjung Gundul Desa Karimunting Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang.

Pulau Kabung terdiri dari 2 rukun warga dan 4 rukun tetangga (R) meliputi RT Utara, RT Timur, RT selatan, dan RT Barat.

Pulau mungil nan indah ini memiliki hamparan pasir berwarna putih. Air lautnya bening sehingga ikan ikan dan terumbu karang kelihatan jelas, seolah ingin menyapa kedatangan kami. Penduduknya juga ramah. Mereka sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan petani cengkeh. 

Menurut penduduk Pulau Kabung, Pardi, asal usul nama Kabung berasal dari kata gabung. Orang pulau kebanyakan menyebut nama itu dan lama kelamaan menjadi Kabung. Disebut Gabung karena penduduknya gabungan dari berbagai suku. Ada suku Melayu, Bugis, Cina, dan Jawa.

Melayu adalah suku pertama yang datang ke pulau ini. Diawali dengan kedatangan Uray Aria pada tahun 1948 atas perintah Sultan Muhammad Syafiudin Sambas. Tugasnya untuk menjaga Pulau Kabung dari gangguan para Lanun (bajak laut) yang mengacau keamanan warga. Aria kemudian membangun benteng pertahanan.

Baca juga:  SMSI Raih MURI, Anggota Terbanyak di Dunia

Setelah berhasil menjaga Pulau, Aria menetap dan  membuka lahan pertanian di pulau tersebut dengan mengembangkan tanaman padi, cengkeh dan pala. Jejak historis kedatangan Aria ini dibuktikan dengan beberapa kerabatnya di pulau itu dan peninggalan beberapa makam di RT Timur dan benteng di Selatan.

Kehadiran orang Melayu di Pulau Kabung tidak bertahan lama. Suatu ketika seluruh penghuni pulau diserang wabah malaria yang sangat mematikan. Setiap penduduk yang telah terjangkit, dipastikan mati. Akhirnya seluruh penduduk ketika itu meninggalkan Pulau Kabung. Akibatnya, pulau itu menjadi pulau mati tak berpenghuni.

Beberapa tahun kemudian, warga Cina atau disebut juga Tionghoa, mencoba berlabuh di pulau ini untuk melihat potensi alamnya. Singkat cerita, setelah melihat suburnya alam dan potensi laut yang kaya akan ikan dan cengkeh, kemudian warga Cina tergoda untuk menetap di pulau Kabung.

Hanya beberapa lama mereka tinggal menetap di pulau itu, musibah wabah malaria pun datang menghantam seluruh penduduk.  Lagi-lagi seluruh penduduk eksodus. Bukti kedatangan Cina ini ditandai dengan adanya Toa Pekong di RT Selatan.

Menurut penjelasan warga setempat, Pardi, setelah kondisi aman dari ancaman wabah, sekitar 1958 datang orang Bugis bernama Bacok menggarap lahan dan laut untuk menjadi mata pencaharian utama. Bacok kemudian membawa keluarga dan sahabat dekatnya untuk tinggal menetap di pulau Kabung. Awal mula Bacok dan warga bugis di pulau itu memiliki pekerjaan menangkap ikan teri menggunakan alat tangkap yang disebut bagan.

Baca juga:  Ayo Ikuti Wisata Hewan Langka Penyu Paloh

Bagan merupakan jaring berbentuk segi empat dengan dua buah tiang sebagai penggantung dan pembuka jaring. Bagian atas jarring diberi alat pelampung dan bagian sebelah bawah diikatkan dengan pemberat. Bagian bawah dilengkapi tali penarik, bila dilakukan secara manual. 

Sejak saat itu, warga dari suku lain kembali berdatangan ke pulau tersebut. Mereka hidup dengan damai. Potensi yang dimiliki pulau ini selain ikan adalah, lada dan cengkeh. Terumbu karang serta pantai yang bersih, membuat pulau ini semakin memiliki pesona untuk dikunjungi. Beberapa pulau lainnya di dekat pulau kabung adalah pulau Lemukutan, Penatah Kecil, Penata besar, dan Randayan. Pulau-pulau tersebut menjadi penyangga wisata bahari pulau Kabung.

Pulau Kabung, 19 Juni 2021

Penulis: Dr. H.Munawar, M.Si I Editor: R. Rido Ibnu Syahrie

Share :

Baca Juga

Penjual kambing untuk Qurban di Jalan Ampera Kota Pontianak. foto: R. Rido Ibnu Syahrie

Historia

Renungkan, Peristiwa Fenomenal Iduladha
Halal Bihalal Masyarakat Banten

Historia

Target 2 Ribu Warga Banten Kumpul di PCC
Kerabat Istana Amantubillah

Historia

Halal Bi Halal Amantubillah Segera Digelar
Bapak Kepolisian

Historia

Ini Alasan Bapak Kepolisian Undur Diri
Makam I Fatimah di depan lokasi Terminal Kijing

Historia

I Fatimah, Usulan Baru Pengganti Kijing
swafoto dengan latar mural

Historia

Ada Apa di Gang Gajahmada 9 Pontianak
pontianak-times.co.id

Historia

Optimisme Sambut Imlek 2573 Tahun Ini
Pertemuan Ba Haupm Bide Bahana TBBR

Historia

Dayak Kalbar Kompak Hadir Temu Akbar
error: Content is protected !!