Singkawang. Konflik gerbang selamat datang di ruas Jalan Raya Sedau Singkawang terus berlanjut. Banyak keanehan, terutama soal berdirinya gerbang baru dekat gerbang lama.
“Tiba-tiba saja setelah ada pintu gerbang baru itu, Pemkot Singkawang merencanakan membongkar yang lama. Itu kan aneh,” kata M Chandra, Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik, Selasa (22/2/2022) .
Pembangunan gerbang baru itu tanpa ada informasi dan sosialisasi sebelumnya kepada masyarakat. “Makanya sangat wajar timbul protes dari masyarakat yang tidak setuju dengan rencana pembongkaran. Aneh bin ajaib, membangun gerbang baru tetapi tidak membongkar terlebih dahulu gerbang yang lama,” ujar Chandra.
Menurutnya, membangun dua gerbang dengan jarak berdekatan sangat tidak masuk akal. Belum lagi secara teknis, estetika dan filosofis pembangunan gerbang baru tersebut kemungkinan tidak melalui pengkajian yang layak.
Sepertinya, ujar Chandra, pembangunan gerbang baru Kota Singkawang sengaja untuk memancing reaksi masyarakat Kota Singkawang. Terjadinya pro dan kontra masyarakat bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja, melainkan lebih kepada hasil seting untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Mungkin saja mengarah kepada kepentingan politik pemilu dan Pilwako Singkawang 2024.
Lebih lanjut Chandra menjeaskan, seharusnya pembangunan gerbang baru “Selamat Datang di Kota Singkawang” berada di batas kota, bukan di tengah kota. Selain itu harus memerhatikan aspek estetika serta filosofinya.
“Idealnya sebuah gerbang kota menggambarkan dan menimbulkan citra positif bagi siapapun yang melihatnya dan menjadi kebanggaan masyarakat Kota Singkawang. Sehingga lebih mengesankan pada potensi, karakter dan ikon dari Kota Singkawang secara umum,” ujarnya.
Penulis : R. Rido Ibnu Syahrie


















