Home / Edukasi

Minggu, 23 Oktober 2022 - 10:42 WIB

Strategi Militer Jenderal Andika, Terbaik

Jenderal Andika Perkasa dalam kegiatan latihan perang bersama

Jenderal Andika Perkasa dalam kegiatan latihan perang bersama

Dalam sejarah perang modern, telah memakan banyak korban ketika terjadi perang terbuka, kolosal dan agresif menggunakan hard power. Kondisi ini membuat Jenderal Andika menerapkan strategi dalam mengatasi konflik bersenjata di Indonesia. Salah satunya di Papua.

Banyak pakar mengadvokasi strategi baru yang lebih rasional dan efektif untuk mencapai tujuan operasi militer, dengan sumber daya yang paling efisien namun efektif mencapai tujuan.

Pemikiran cerdas ini yang mendorong Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk mengurangi pertempuran terbuka dalam menyelesaikan konflik dalam negeri yang melibatkan kelompok bersenjata, termasuk yang terjadi di Papua. 

Pemikiran memangkas perang terbuka dan operasi militer kolosal untuk mencapai tujuan operasi militer. Mulai dipopulerkan pasca Perang Dunia I melalui pemikiran Indirect Approach versi Basil Liddle Hart (1895-1970).

Untuk meraih tujuan operasi militer, tidak harus berorientasi pada dahsyatnya letupan senjata. Namun berorientasi pada efektifitas pencapaian tujuan politik negara.

Basil Liddle Hart, seorang pensiunan Kapten AD Inggris dan salah satu jenius militer Abad XX ini begitu miris melihat korban manusia pada Perang Dunia (PD) I. Perang tersebut menjadi yang paling menghancurkan di era modern dengan catatan miris, sebanyak 10 juta prajurit tewas, 10 juta sipil tewas, dan 21 juta orang terluka.

Baca juga:  Ikuti PIN Polio untuk Tumbuh Kembang Anak

Lalu Liddle Hart menyampaikan sebuah adagium terkenal, “The longest way round (to enemy) is the shortest way home”. Jalan terpanjang dan paling berliku untuk mengalahkan musuh adalah yang paling cepat memenangkan perang dan paling cepat mengantarkan para prajurit kembali ke rumah. 

Dalam strategi modern model Indirect Approach, mengalahkan lawan bukan hanya mematikan gerakan bersenjata dengan senjata. Namun menghentikan seluruh keinginan politik dan gerakan senjata lawan dengan kebijakan militer yang tepat, cara militer dan non militer, serta bukan melulu dengan letupan senjata.

Liddle Hart mengatakan Indirect Approach sebagai “A strategy in which the enemy’s political will is overcome by wisdom and not by force.”  Kebijakan militer yang bijak akan lebih ampuh diterapkan dibandingkan pengerahan kekuatan besar-besaran tanpa visi politik yang jelas.

Pada era perang modern berikutnya, model strategi Indirect Approach menjadi gagasan penting yang diadopsi oleh para jenius militer.

Salah satunya mendorong kemunculan strategi Effect-Based Operations (EBO) atau Operasi Berbasis Efek. EBO menjadi strategi dasar militer AS pada Perang Teluk tahun 1991 untuk merencanakan dan melaksanakan operasi gabungan. Operasi ini melibatkan operasi tempur dan non-tempur, melibatkan kekuatan militer dan sipil, untuk mencapai sasaran strategi.

Pencetus EBO, Letkol David A. Deptula (Saat ini Letjen Purnawirawan – Dekan di Mitchell Institute), menyatakan bahwa “EBO focused on desired outcomes attempting to use a minimum of force”.

Baca juga:  Deddy Corbuzier Kini Berpangkat Letkol

EBO fokus pada pencapaian tujuan operasi dengan pengerahan kekuatan minimal, serta biaya dan korban minimal.

Dalam perang apapun, yang menentukan kemenangan perang bukan melulu seberapa besar pengerahan kekuatan Alutsista. Namun seberapa besar dampak yang dihasilkan oleh sebuah strategi operasi.  

Sejujurnya, bangsa Indonesia harus mengakui bahwa wajah operasi TNI di Papua telah berubah total berkat pemikiran jenius Jenderal Andika.

Pendekatan berpikir Jenderal Andika tentang pengerahan kekuatan TNI di Papua yang lebih humanis, bukan operasi tempur agresif, sudah sangat tepat. Hal ini selaras dengan pemikiran Indirect Approach Basil Liddle Hart dan Effect-Based Operation David Deptula.

Kekuatan senjata mungkin bisa memenangkan pertempuran, namun belum tentu memenangkan tujuan politik, serta belum tentu berdampak optimal bagi stabilitas politik dan keamanan bangsa kita.

Mungkin ada yang menganggap strategi ini kurang populer atau bahkan kurang heroik, tapi yakinlah ini juga yang terbaik untuk prajurit dan terbaik untuk negeri ini. “The longest way round to enemy is the shortest way home”.

Penulis: Edi Yoga (Pendiri Beranda Ruang Diskusi/ Pengurus Serikat Media Siber Indonesia-SMSI)

Share :

Baca Juga

Mobile Intellectual Clinic

Edukasi

Kemenkumham Kalbar Gelar MIC di Singkawang
Ya Asurandi A Hamid

Edukasi

Marak Bunuh Diri, Pemuda Ini Buka Layanan
Kuliah umum dan bedah buku Aldera

Edukasi

Pius Kobarkan Semangat Aldera di Pontianak
Merah Putih Tapal Batas IV

Edukasi

Merah Putih Tapal Batas IV Siap Digelar
Satono, Calon Bupati Sambas Petahana

Edukasi

Satono Kagum Tradisi Zikir Maulid di Kabupaten Sambas
Uji Kompetensi Penghafal Quran

Edukasi

300 Pelajar Ikut Uji Kompetensi Penghafal Quran
Wisuda IAIS Sambas

Edukasi

IAIS Sambas Wisuda 227 Mahasiswa
Sahrul Kandidat Ketua BEM Untan

Edukasi

Sahrul Siap Bawa BEM Untan Bergerak Progresif
error: Content is protected !!