Pontianak. SHE CAN, program besutan TAF bersama DBS bakal meminimalisir korban investasi Bodong, Judi Online (Judol) dan Pinjaman Online (Pinjol) di Kalbar.
“Korbannya sudah banyak sekali. Diharapkan dalam pelaksanaan program SHE CAN di Kalbar bisa memberikan solusinya,” kata Hana Satriyo, Country Representative The Asia Foundation (TAF) Indonesia, Selasa (15/4/2025) saat peluncuran SHE CAN, Akselerasi Inklusi Keuangan bagi Perempuan Rentan di Provinsi Kalbar.
Menurut Hana, penyebab banyaknya korban investasi bodong dan Judol sangat kompleks, antara lain karena minim akses ke lembaga keuangan formal dan faktor lainnya.
Tentunya, kata Hana, setiap institusi memiliki porsi masing-masing untuk memberikan solusi. Mulai dari pihak pemerintah daerah, dan pihak perbankan yang memberikan akses inklusif pinjaman formal tidak mencekik.
“Dari kami, bagaimana bisa mengurai masalah ini, menyetarakan akses dan membuat keuangan lebih inklusif untuk memastikan kita semua bisa memperbaiki situasi ekonomi,” ujar Hana.
Program SHE CAN di Provinsi Kalbar ini ditujukan bagi 80 ribu perempuan rentan untuk memiliki literasi keuangan yang lebih baik, dan perluasan akses terhadap layanan keuangan. Mitra kerj pelaksana program ini adalah PPSW, Keling Kumang, dan Krealogi.
Renata Arianingtyas, Direktur Women’s Rights and Inclusion TAF menjelaskan program ini akan berlangsung selama tiga tahun dan diharapkan bisa mendorong partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan publik. Nantinya akan berpengaruh pada kesehatan finansial perempuan.
Menurutnya, program ini memiliki tiga komponen utama yaitu memperluas akses perempuan pada layanan keuangan, peningkatan kapasitas pengetahuan dan ketrampilan literasi keuangan, serta membangun lingkungan yang mendorong pertumbuhan ekonomi di komunitas yang inklusif dan berkelanjutan.
Paradoks
Secara umum, maraknya masyarakat yang mengakses investasi bodong, Pinjol dan Judol karena adanya paradoks, tingginya akses layanan keuangan tidak diimbangi literasi yang memadai.
Di Kalimantan Barat, capaian inklusi keuangannya sedikit lebih rendah (84,16%) daripada capaian nasional, walaupun indeks literasi keuangannya sudah lebih tinggi (51,95%).
Kajian Program SHE CAN mengungkap bahwa tingkat inklusi di kalangan perempuan rentan dan berpenghasilan rendah di Kalbar masih jauh lebih rendah daripada hasil Survei Inklusi Keuangan OJK. Terdapat 67% memiliki rekening bank. Sebanyak 38% mengakses pinjaman seperti CU, Pegadaian dan bank. Sebanyak 24% menggunakan e-wallet untuk bertransaksi digital.
Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ketimpangan pada capaian inklusi keuangan pada masyarakat secara umum, dengan realitas di tataran akar rumput, khususnya pada kalangan perempuan rentan.
Program SHE CAN menjadi inisiatif penting untuk mempercepat kesetaraan gender bagi perempuan rentan, serta mendorong pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif di Kalimantan Barat.
Banyak studi menunjukan, ketika perempuan memiliki daya beli dan kontrol atas pengeluaran, mereka lebih cenderung membelanjakannya untuk pendidikan anak dan kesehatan keluarga, yang berdampak langsung terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang.
Penulis: R. Rido Ibnu Syahrie I Update Berita, ikuti Google News