Sambas. Petani di Kabupaten Sambas masih menggunakan alat panen padi tradisional. Kalaupun ada mesin panen, perlu sewa dengan biaya tinggi.
Kondisi tersebut dirasakan para petani di Desa Tri Mandayan, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas. Mereka terpaksa menggunakan alat ketam atau arit, dengan dukungan alat perontok sederhana.
Mariana, seorang petani asal Desa Tri Mandayan kepada pontianak-times.co.id, Sabtu (15/7/2023) menuturkan, di desanya tidak ada mesin panen padi yang biasa disebut combine. Termasuk di desa sekitarnya, tidak tersedia.
“Jika ingin menggunakan mesin combine, biasanya kami sesama petani melakukan patungan untuk menyewa alat itu dari Semparuk,” kata Mariana.
Hal itu seperti dilakukannya pada musim panen tahun lalu. Namun setelah itu, tidak pernah menggunakannya lagi karena terkendala harga sewa yang tinggi. Makanya masih memilih mesin perontok padi lama, karena harga yang masih terjangkau.
“Selain biaya terjangkau, jumlah padi yang di panen juga tidak terlalu banyak, sehingga warga masih memilih mesin perontok padi lama,” ujar Mariana.
Saat ini, kata Mariana, para petani di Kabupaten Sambas banyak menggunakan alat pemotong padi tradisional berupa ketam. Setelah itu, dirontokkan dengan mesin sederhana untuk memisahkan padi yang berisi dan yang tidak berisi.
“Kita berharap ke depan bisa ada Combine di Kecamatan Teluk Keramat, sehingga petani lebih mudah memanen padi, sehingga tidak perlu mahal menyewa dan harus mendatangkan dari luar,” harap Mariana.
Penulis: Riskiyansyah I Update Berita, ikuti Google News