Home / Tokoh Publik

Minggu, 27 Juni 2021 - 10:18 WIB

Pelukis Disabilitas, Berkarya Tanpa Batas

Bani Hidayat dan lukisannya yang merespons kegaduhan Covid19. (foto: pontianak-times.co.id)

Bani Hidayat dan lukisannya yang merespons kegaduhan Covid19. (foto: pontianak-times.co.id)

Lelaki yang sering memakai topi dengan postur tubuh tidak terlalu tinggi, tampak berjalan agak terseok-seok. Sesekali menyeret sebelah kakinya. Ia tampak serius mencoret-coret dinding rumah milik seorang warga dalam sebuah gang di sekitar pecinan Jalan Gajahmada, pusat Kota Pontianak.

Bukan sembarang coretan, Ia ternyata sedang melukis dinding. Objeknya, seorang gadis berparas rupawan mengenakan busana tradisional tionghoa. Lukisan dinding itu biasa disebut mural. Dikerjakannya atas gagasan penggerak wisata Pecinan Pontianak. Dibantu oleh beberapa rekannya, namun sebagian besar lukisan dikerjakan oleh Bani Hidayat.

Seniman penyandang disabilitas berusia 41 tahun ini biasa disapa Bang Dayat. Ia sudah belasan tahun menekuni profesi sebagai pelukis. Beberapa karya lukisan dinding dan desainnya dapat ditemui di beberapa ruang publik di Kota Pontianak. Sebut saja di kawasan Pecinan Pontianak, Taman Catur Untan, Kampung Kemboje, Kampung Beting, beberapa kafe dan warkop, bahkan mural di dinding area kedatangan Bandara Supadio, didesain Bani Hidayat.

Menyimpan minat ketertarikan pada seni lukis sejak kecil, Dayat menceritakan dirinya sering memenangkan lomba lukis di sekolah. Hal itu memotivasinya untuk menggali potensi lebih dalam di bidang seni lukis. Belajarlah ia pada beberapa pelukis senior kala itu.

Keahliannya melukis di atas kanvas membuahkan hasil. Lukisan kuda dan merpati, karya pertamanya terjual. Lukisan yang hanya bermodalkan cat kayu dan kain blacu tersebut dihargai tiga ratus ribuan pada masa itu. Tak cukup hanya melukis di kanvas, Dayat mengeksplorasi keahliannya menggunakan media kaca. Kelak dunia lukis kaca sempat menjadi tumpuannya mencari nafkah.

Meskipun menyandang disabilitas, anak ke lima dari enam bersaudara ini memiliki semangat luar biasa. Sejak kedua orang tuanya meninggal dunia, Dayat hidup sendiri di rumah peninggalan orang tuanya tersebut. Sedangkan saudara-saudaranya yang lain telah berkeluarga dan tinggal terpisah.Sikap mandiri dan keteguhannya dalam dunia lukis, mengantarkannya ke berbagai ajang dan pameran berskala lokal maupun nasional. Karya-karyanya pun telah banyak dikoleksi orang.

Baca juga:  Pesan Terakhir Nani Wijaya Sebelum Mangkat

Insting dan kreativitas melukisnya luar biasa. Pernah suatu ketika sewaktu diundang berpameran ke Provinsi Kalimantan Tengah. Saat itu November 2015, ia bersama rekan-rekannya sesama peserta pameran dari Kalimantan Barat kehabisan dana untuk pulang kembali ke Pontianak. Mendadak muncul ide Dayat untuk ‘ngamen’.

Dayat bersama rekan-rekannya saat itu menawarkan jasa sketsa wajah di lokasi pameran yang kebetulan bertempat di mall. Dari hasil mengamen sketsa wajah itu akhirnya mereka dapat kembali ke Pontianak. Tak kurang rasa syukur kawan-kawannya lantaran keahlian sketsa cepat Dayat dapat mengantarkan mereka pulang kembali ke kampung halaman.

Di masa pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini. Banyak orang yang terinfeksi hingga meregang nyawa. Di Indonesia tercatat, sejak ditetapkannya pandemi bulan Maret 2020 hingga kini sebanyak kurang lebih dua jutaan jiwa telah positif terinfeksi, dan lima puluh enam ribu jiwa telah menemui kematian akibat virus ini.

Dampak yang ditimbulkan merambah ke segala aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan beragama. Anak-anak bahkan terpaksa belajar di rumah dan para pekerja seni tak luput terimbas gelombang pandemi yang belum pasti kapan berakhirnya.

Dayat memiliki pandangan lain terhadap pandemi itu. Ia malah mengaktualisasikan keresahannya terhadap kondisi saat ini melalui coretan di atas kanvas. Sambil menunjukan karya lawasnya, Dayat menjelaskan lukisannya itu adalah respon terhadap keadaan sekarang. “Kita perlu menjaga jiwa raga agar tetap sehat,” ujar Dayat.

Lukisan di atas kanvas berukuran 60 x 60 sentimeter itu memang tampak surealis. Berlatar langit merah putih yang dihalangi virus covid. Di sisi kiri lukisan terdapat beberapa orang memakai masker, di sisi kanan lukisan menggambarkan aktivitas warga seperti biasa. Tepat di tengah lukisan itu, muncul sesosok figur yang digambarkan sebagai manusia yang seimbang, tenang, menjaga nafas, menjaga nasibnya.

Baca juga:  Jadwal Kunjungan Presiden Jokowi di Kalbar

Kesan kuat begitu terasa dengan pilihan warna dan fokus objek yang berada di tengah kanvas, seperti diselimuti warna keungu-unguan yang mungkin dimaksudkan si pelukis sebagai perisai jiwa raga dalam melindungi diri dari ancaman luar. Di atas kepala objek manusia yang sedang duduk tenang itu tampak gambar objek virus corona yang seakan siap melumat mahluk di hadapannya. Suatu gambaran karya yang simpel, menyampaikan pesan kepada penikmatnya.

Dayat yang sehari-harinya mengandalkan order dari penjualan karya, terlihat risih dengan pandemi. Ia terkadang wara-wiri bertemu konsumen dan mengharuskan datang ke lokasi tertentu untuk melukis mural. Interaksinya dengan banyak orang baginya hal yang wajar. Dari situlah ia menilai bahwa musibah pandemi yang melanda dunia sekarang ini hal yang tidak perlu dibesar-besarkan.

“Sebagai pribadi yang tetap menjaga jiwa raga, saya sikap waspada serta rasa tidak takut adalah penyeimbang. Semoga pandemi bisa jadi jalan lain menuju kekaryaan yang inovatif. Di sudut aku gambarkan udang sebagai metafor bahwa ada apanya dan apa hikmahnya, dan berpikir positif mungkin suatu cara untuk tetap sehat. Semoga,” kata Dayat.

Ingin tahu karya-karya Bang Dayat? silakan mampir ke rumah tinggalnya di Jalan Adisucipto KM 13,5 Gang Kapuas RT 007/RW 007 Desa Arang Limbung Kecamatan Sungai Raya – Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Pelukis yang satu ini bisa juga ditemukan di akun sosial media instagram dan facebook miliknya. Internet jadi media alternatif bagi Dayat dan bagi banyak pelaku seni lainnya dalam mempresentasikan karya-karyanya, dimana ruang untuk berekspresi menjadi terbatas karena pandemi covid19.

Penulis: Ruly Iswanto I Editor: R. Rido Ibnu Syahrie

Share :

Baca Juga

H Satono Bupati Sambas

Tokoh Publik

Satono Ngebut dari Jembatan ke Perpustakaan
Rubaeti Erlita dan Karolin

Tokoh Publik

Dua Kartini ini Layak Masuk Bursa Pilgub Kalbar 2024
Ridwan Saidi

Tokoh Publik

Ridwan Saidi Meninggal di Usia 80 Tahun
H. Hildi Hamid Duta Besar LBBP Ajerbaizan. (foto: rido)

Tokoh Publik

Siapa Hildi Hamid dan Apa Kiprahnya
Syafii Efendi

Tokoh Publik

Syafii Efendi Banyak Hipnotis Anak Muda
Maman Abdurrahman

Tokoh Publik

Figur Muda Enerjik, Maman Cagub Kalbar 2024
Ki Joko Bodo

Tokoh Publik

Mantan Paranormal Ki Joko Bodo Meninggal
Oesman Sapta Odang

Tokoh Publik

Tahun 2024 Pertaruhan Akhir Politik OSO
error: Content is protected !!