Pontianak. Out of The Box. Istilah ini layak melekat pada diri Oesman Sapta Odang alias OSO. Pengusaha yang suka berpolitik ini akan menjalani masa pertaruhan akhir di tahun 2024.
Pertaruhan itu tentu saja bukan dalam hal bisnis atau terkait perusahaan, melainkan karir dalam bidang politik. Pencapaian OSO dalam bidang ekonomi tak diragukan lagi, lantaran kerap sukses dan memenangkan kompetisi.
Kesuksesan OSO itu lebih pada cara pandang dan berpikirnya yang di luar kebiasaan orang pada umumnya atau out of the box. OSO bahkan nyaris membuat banyak kalangan tercengang ketika ia memenangkan sebuah persaingan bisnis maupun politik.
Namun pada tahun politik 2024, tokoh nasional kelahiran Ketapang 18 Agustus 1950 ini namanya akan dipertaruhkan sebagai Ketua Umum untuk membawa Partai Hanura lolos ambang batas parlemen atau Parliamentary Threshold (PT) 4%.
Setidaknya OSO mesti berjuang menggerakkan kadernya untuk memperoleh 6,5 juta pemilih, dengan asumsi 80% partipasi pemilih pada Pemilu 2024 yang memiliki Daftar Pemilih Tetap (DPT) 204.807.222 orang. Mampukah?
Sebagai catatan, OSO pernah gagal membawa partai tersebut pada Pemilu 2019 setelah dua tahun dirinya menjabat Ketua Umum DPP Partai Hanura. Parpol ini tidak tembus PT dan tak satupun kader partai yang didirikan Jenderal Wiranto itu mengirimkan kadernya ke DPR-RI.
Kini, OSO lebih leluasa membawa Partai Hanura karena dirinya telah menjadi pemilik otoritas di partai tersebut setelah Wiranto hengkang dan ‘menghilang’. Soal hengkang ini, lagi-lagi OSO menggunakan pola out of the box dan tidak banyak orang tahu.
Tokoh publik yang menamatkan jenjang SLTA melalui ijazah Paket C ini memang suka membuat ‘gara-gara’ dan lawannya sering dari kalangan jenderal TNI.
Hal itu misalnya pada perebutan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Organ tersebut awalnya identik dengan Prabowo Subianto. Namun sekarang pecah dua dengan hadirnya HKTI versi OSO.
Bintang Tujuh
Sangat wajar jika publik di provinsi tempat kelahirannya menjuluki OSO dengan sebutan Jenderal Bintang Tujuh. Empat bintang dari pertarungan dengan Wiranto dan tiga bintang dari perseteruan dengan Prabowo. Itu belum termasuk perpecahan di tunuh Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Pola out of the box lainnya adalah saat OSO membuat sejarah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 1999-2004. Struktur pimpinan di MPR yang awalnya ketua dan lima wakil ketua saja, tiba-tiba saja bertambah satu. OSO berhasil masuk menjadi unsur wakil ketua MPR dari perwakilan fraksi utusan daerah.
Kala itu ia semakin getol membawa isu dan kepentingan daerah, termasuk ekpektasinya yang besar dengan mendirikan Partai Persatuan Daerah (PPD) pada November 2002 dan menjadi salah satu dari 24 parpol peserta pemilu 2004.
Keberadaan PPD hanya tinggal kenangan, seiring Fraksi Utusan Daerah (FUD) MPR yang berakhir berganti format menjadi senator atau Dewan Perwakilan Daerah atau DPD. Perubahan format dari unikameral menjadi bikameral, membuat OSO semakin peduli daerah.
Ia pun bertarung di kancah calon senator dan berhasil terpilih pada Pemilu 2014, mewakili Kalimantan Barat bersama tiga orang lainnya yakni Hj Rubaeti Erlita, Maria Goreti, dan H Abdul Rahmi.
Peraih Doktor Honoris Causa dari Senior University International Amerika Serikat ini tidak menempati posisi puncak di DPD-RI. Namun setelah Ketua DPD Irman Gusman terkana kasus suap Rp100 juta pada 2016, dan divonis 4,5 tahun, kemudian posisinya digantikan OSO pada 2017 hingga berakhir masa jabatan ketua pada 2019.
Kisah Sukses
Banyak kisah sukses dan keunikan tokoh yang juga karateka ini. Termasuk ketika pemilik panggilan Bang Man dan Boceng ini menjadi ‘penghuni’ Pasar Ciplak di kawasan Jalan Johar Pontianak.
Kisah lainnya, menjadi ‘king maker’ dalam beberapa kali perhelatan Pilgub Kalbar, hingga mencalonkan diri sebagai cagub Kalbar meskipun tidak terpilih dan tujuannya hanya ingin mengubah konstelasi politik saja. Itulah sisi lain OSO.
Usianya yang sudah semakin senja, membuat OSO semakin matang dan bijak dalam berpolitik. Ia semakin gencar menebar kebaikan kepada sesama. Hal ini dilakukannya sudah sejak lama dan bahkan tidak terkait dengan politik.
OSO yang penyayang dengan ibu kandungnya ini tak pernah surut semangatnya di kancah percaturan politik nasional maupun lokal. Ia justeru semakin rajin berkunjung ke beberapa simpul massa di seantero nusantara, bukan saja Kalimantan Barat.
Apa target OSO pada Pemilu 2024? Apakah ada langkah out of the box pada Pemilu 2024? Yang pasti, ia memiliki beban moral yang sangat besar untuk membawa Partai Hanura lolos PT.
Telanjur melekat sebagai seorang petarung, OSO tak sungkan turun ke gelanggang pertempuran dengan menjadi Caleg Hanura Nomor 1 dari Dapil I Kalbar untuk DPR-RI.
Apapun ceritanya, OSO adalah putera Kalimantan Barat satu-satunya yang menjadi Ketua Umum Parpol. Selamat bertarung Bang Man…
Penulis: R. Rido Ibnu Syahrie I Update Berita, ikuti Google News