Pontianak. Pengamat politik Dr Jumadi SSos MSi menyebut koalisi Parpol pada Pilgub Kalbar akan linear dengan koalisi Parpol saat Pilpres.
“Kecenderungannya akan linear secara politis dengan kondisi di pusat. Demikian pula koalisi parpol di Pilgub Kalbar 2024,” kata Jumadi kepada pontianak times, Rabu (29/5/2024).
Jumadi menjelaskan alasan koalisi Pilgub dengan konstelasi pengusungan Parpol saat Pilpres. Faktor utamanya adalah fragmentasi elit karena posisi gubernur tidak murni sebagai kepala daerah, melainkan juga sebagai kepala wilayah atau wakil pemerintah pusat di daerah.
“Ada irisan dengan pemerintah pusat. Namun berbeda dengan koalisi pengusungan untuk Pilkada tingkat kabupaten dan kota,” papar Jumadi.
Sementara itu, jika mengacu pada Pilpres, maka koalisi yang terbentuk adalah poros Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang terdiri dari Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat. Poros kedua adalah PDI Perjuangan, Hanura dan PPP. Poros ketiga adalah Nasdem, PKB dan PKS.
Berdasarkan perhitungan jumlah kursi hasil Pileg 2024 untuk pengusungan di Pilgub Kalbar, hanya PDI Perjuangan yang dapat mengusung satu pasangan calon. PDI Perjuangan memnuhi aturan 20% dari jumlah kursi di DPRD Provinsi Kalbar yang berjumlah 65 atau 13 kursi. Sedangkan Parpol lainnya memerlukan koalisi.
PDIP dengan calonnya Lasarus memiliki kecenderungan berkoalisi dengan Hanura (4) dan PPP (2) apabila mengusung Hildi Hamid. Sedangkan petahana Sutarmidji – Norsan didorong poros Nasdem (10), PKB (5) dan PKS (2).
Tersisa poros KIM yang dimotori Golkar (9) dan Gerindra (9) bersama PAN (5) dan Demokrat (6). Kemungkinan besar, terjadi sedikit anomali jika PAN merapat ke koalisi bersama PDIP dan Demokrat bergabung ke Nasdem.
Lantas, bagaimana posisi Muda Mahendrawan yang tetap sosialisasi untuk bertarung di Pilgub 2024 setelah kandas melalui jalur independen? Muda memang berpeluang menggunakan poros koalisi Gerindra dan Golkar. Namun, Pengamat politik Jumadi menepis soal peluang Muda tersebut.
“Kecuali Muda itu konsisten dengan jalur perseorangan. Maka dengan mundurnya Muda, sulit memprediksi yang bersangkutan mendapatkan perahu politik atau tidak,” kata Jumadi seraya memaparkan pola hubungan sebelumnya Muda dengan PAN, Gerindra maupun Demokrat yang dipenuhi banyak catatan.
Hal tersebut, kata Jumadi, disebabkan peluang menjadi calon wakil untuk sutarmidji sudah tertutup. Terkecuali Lasarus menginginkan Muda sebagai calon wakilnya. Maka dapat dipastikan terjadi head to head.
“Tinggal apakah Lasarus mau atau tidak saja. Termasuk apakah Lasarus maju atau tidak karena kendaraan politik telah cukup. Semua ada kalkulasi, termasuk mempertimbangkan dari hasil riset atau survey,” ujar Jumadi.
Penulis: R. Rido Ibnu Syahrie I Update Berita, ikuti Google News