Pontianak. Tiga nama bursa Calon Presiden (Capres) 2024 masih konsisten menempati posisi dalam survey Algoritma Research and Consulting (ARC). Ketiga nama itu adalah Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Ketiga nama itu secara berurutan adalah Ganjar Pranowo (25,1%), Anies Baswedan (18,7%) dan Prabowo Subianto (16,6 %).
Survey Proyeksi Politik 2023 Menuju Pemilu 2024, Antara Elektabilitas dan Resistensi, ini dilakukan periode 19 hingga 30 Januari 2023. Survey menggunakan 66 orang enumerator, melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terhadap 1.214 responden di seluruh Indonesia.
Responden terbagi secara proporsional berdasarkan data pemilih di seluruh Indonesia. Hasil survei mewakili penduduk usia dewasa (usia pilih) secara nasional. Margin of error diperkirakan +/- 3% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil survey itu juga menyebutkan jarak nama lainnya dari ketiga nama bursa capres itu, cukup besar. Yang terdekat adalah Ridwan Kamil di angka elektoral 7,2% serta Sandiaga Salahudin Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono dengan angka sama 2,3%.
“Namun ada tingkat volatilitas kemungkinan berubah pilihan yang cukup signifikan terkonfirmasi pada nama-nama yang memuncaki elektabilitas, sehingga dinamika persaingan masih sangat terbuka,” kata Fajar Nursahid, Direktur Riset dan Program ARC dalam keterangan pers kepada Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Pusat, Rabu (25/1/2023)
Menurut Nursahid, angka-angka elektoral tersebut masih dibayang-bayangi oleh potensi resistensi elektoral dari calon pemilih baik terhadap figur capres dan cawapres maupun kepada partai politik.
Sedangkan untuk bursa cawapres terdapat empat nama yang memiliki peluang elektoral besar. Mereka adalah Ridwan Kamil (11,8%), Sandiaga Uno (7,4%), Erick Thohir (6%), serta Agus Harimurti Yudhoyono (5,6%%).
Survei juga memuat simulasi nama-nama bakal calon Presiden yang dibuat berhadapan secara head to head, nama tunggal maupun berpasangan.
Berdasarkan simulasi tiga nama tunggal, menyisakan tiga nama yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Elektabilitas Ganjar Pranowo adalah 33%, unggul atas Anies Baswedan (26,8%) dan Prabowo Subianto (24,1%). Kendati demikian, masih terdapat sekitar 15% masyarakat yang belum terbuka dengan pilihannya.
Simulasi berpasangan tiga atau dua pasang calon, terdapat determinasi Ganjar Pranowo yang relatif kuat berpeluang memenangkan pasangan kandidat lain. Namun demikian, terdapat temuan menarik. Elektabilitas Ganjar justru akan turun ketika dipasangkan dengan Puan Maharani.
Tidak hanya jika berpasangan dengan Ganjar, tokoh-tokoh yang lain juga akan mengalami penurunan elektoral jika dipasangkan dengan sosok politisi dari PDI-P tersebut. Hal ini berkaitan dengan tingginya resistensi Puan Maharani dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya.
“Ini penting bagi PDI-P dalam menentukan calon presiden yang akan didukungnya secara tepat dalam kompetisi elektoral capres cawapres di Pemilu 2024 yang akan datang,” kata Fajar.
Dalam survei ini, kata Fajar, selain level elektabilitas tokoh dalam bursa capres dan cawapres, juga mengukur level resistensi publik terhadap tiap tokoh yang namanya muncul di bursa capres. “Kami menyampaikan pertanyaan siapakah yang paling tidak akan dipilih sebagai presiden dan mendapatkan temuan menarik,” ujar Fajar.
Resistensi Publik
Secara berurutan tokoh dengan resistensi publik tertinggi untuk posisi capres adalah Puan Maharani (18,6%), Prabowo Subianto (4,8%), Anies Baswedan (3,7%), Agus Harimurti Yudhoyono (3,3%), Erick Thohir (2,8%), Zulkifli Hasan (2%), serta Ganjar Pranowo (1,2%).
“Gambaran level resistensi ini menjadi angin segar bagi demokrasi Indonesia yang selama ini dipenuhi kekhawatiran akan keterbelahan masyarakat karena urusan pilihan politik dalam Pemilu,” ungkap Fajar.
Nama-nama yang memuncaki bursa capres maupun cawapres ternyata tidak memiliki level resistensi terlalu tinggi dari masyarakat. “Jadi sekalipun misalnya pendukung Ganjar, Anies maupun Prabowo belum tentu saling melimpahkan dukungan, setidaknya level resistensinya tidak mengkhawatirkan,” jelas Fajar.
Editor: R. Rido Ibnu Syahrie