Jakarta. Indonesia perlu menyiapkan Pasukan Khusus Siber setelah terbentuk pusat siber di tiga angkatan, Darat, Laut dan Udara serta Kepolisian dan Badan Intelijen.
“Ke depannya perlu membentuk pasukan khusus siber. Ini adalah struktur organisasi yang lebih besar sehingga kemampuan kapasitas siber pertahanan meningkat secara signifikan,” kata Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) RI, Andi Widjajanto, Kamis (12/1/2023).
Menurut Andi, Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di masing-masing angkatan sudah mempunyai pusat siber yang komandannya adalah perwira bintang satu. Saat Presiden Joko Widodo memimpin pertama kali belum ada badan siber sama sekali.
“Pada 2018 kemudian dibentuk badan siber. Lembaga sandi negara diubah menjadi badan siber. Hanya dalam waktu empat tahun saja di setiap angkatan ada pusat siber termasuk di kepolisian dan badan intelijen. Tingkat adaptasinya ternyata lebih cepat,” kata Andi.
Andi juga memandang perlunya kekuatan intelijen digital untuk secara efektif menangani ancaman digital dari pelaku ancaman eksternal yang diperkirakan akan tumbuh dalam jumlah, kecanggihan dan organisasi.
Pernyataan doktor lulusan Rajaratnam School of International Studies(RSIS) Singapura ini berdiskusi di Patra Channel. Berlanjut diskusi dengan tim Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) dipimpin Ketua Umum SMSI Pusat, Firdaus.
Firdaus didampingi penasihat SMSI Ervik Ari Susanto, dan Ketua Bidang Bidang hukum, arbitrase dan legislasi SMSI Pusat Makali Kumar. Diskusi dipandu host Medrial Alamsyah.
Andi Widjajanto yang pernah mendalami Kajian Pertahanan National Defense University Amerika Serikat pada 2003 itu menyebutkan sebenarnya TNI sedang melakukan evolusi pembentukan angkatan keempat, siber.
Singapura membentuk angkatan ini setara dengan angkatan darat, laut dan udara karena negara tersebut secara progresif membangun kemampuan di empat bidang utama dalam komando, kontrol, komunikasi, komputer dan intelijen.
Organisasi Siber Pertahanan Singapura didirikan pada 2017. Organisasi itu berfungsi untuk mengoordinasikan upaya keamanan siber di sektor pertahanan.
Tak hanya Singapura, Andi mencontohkan Amerika Serikat dan Cina yang juga sudah membentuk pasukan khusus siber. Amerika Serikat memiliki 5 Angkatan pertahanan, Darat, Udara, Laut, Antariksa, dan Cyber War. Salah satu badan keamanan di AS adalah National Security Agency (NSA).
Menurut Andi, tingkat kematangan teknologi di dunia sudah membaik, meski masalah utama sekarang ini teknologi digital berkembang lebih cepat dibandingkan arsitektur keamanannya.
Indonesia, kata Andi tidak terlambat. Saat Presiden Joko Widodo berkuasa pertama kali, belum ada badan siber sama sekali. Pada 2018 kemudian dibentuk badan siber. Lembaga sandi negara diubah menjadi badan siber.
“Hanya dalam waktu empat tahun saja di setiap angkatan ada pusat siber termasuk di kepolisian dan badan intelijen. Tingkat adaptasinya ternyata lebih cepat,” katanya.
Serangan Siber
Di Indonesia, kerusakan yang terjadi akibat serangan siber belum sistematis meskipun selama 2020-2021 telah terjadi 240 juta kali anomali seperti malware, phishing, ransomware, pencurian data hingga gangguan server.
“Artinya, dalam satu bulan, terjadi 20 juta kali. Hampir 1 juta per hari atau ratusan ribu dalam waktu 24 jam saja. Tapi belum ada serangan yang merusak secara sistematis dan struktural,” kata Andi.
Hal itu menjadi tantangan terbesar untuk membentuk angkatan keempat ini. Caranya, menyiapkan sumber daya manusia yang khusus mempelajari dunia siber. “Optimistis penyediaan sumber daya ini akan terpenuhi karena pemerintah sekarang menyediakan banyak fasilitas bea siswa kepada anak-anak muda untuk mempelajari dunia siber,” ujar Andi.
Ia mencontohkan salah satu mahasiswanya di Universitas Indonesia baru saja menyelesaikan studi di bidang keamanan siber di Australia. Tak hanya itu, belum lama ini seorang anak muda lulusan Binus dan ITB juga baru menyelesaikan studinya di Korea Selatan di bidang alogaritma.
“Baru saja lulus, anak muda ini sudah mendapat tawaran magang bekerja di Hyundai,” katanya. (dwi/smsi*)