Jakarta. Komandan Pusat Sandi dan Siber TNI AD Brigadir Jenderal TNI Iroth Sonny Edhie mengajak jurnalis menangkal penyalahgunaan media siber untuk kepentingan jahat, merusak perdamaian dan keutuhan negara.
“Karakter penyalahgunaan media berbasis siber terutama media sosial, dapat dilihat dari cara kerjanya. Ada rekayasa fakta dan informasi, menjungkir-balikkan fakta, menyebarkan kebohongan dan provokasi melalui media siber,” kata Iroth saat memberikan bimbingan teknis (Bimtek) kepada para pimpinan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) seluruh provinsi di Indonesia, Kamis (21/7/ 2022).
Bimtek ini merupakan rangkaian dari pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Markas Besar Angkatan Darat Jalan Veteran Jakarta.
Iroth mengajak para pemimpin perusahaan media siber selalu mengingatkan para pemimpin redaksi untuk selalu mewaspadai kemungkinan adanya penyalahgunaan media siber.
Pria yang memiliki pengalaman mumpuni dalam tugas di medan tempur luar negeri ini meminta para peserta Rapimnas SMSI untuk berkolaborasi dengan Pusat Sandi dan Siber TNI-AD. Kolaborasi ini untuk menangkal penyalahgunaan media siber untuk kepentingan jahat, merusak perdamaian, dan merongrong Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Peradaban
Alumnus Akademi Militer 1993 ini mengawali materi bimtek dengan pemaparan tentang perubahan peradaban yang menyebabkan pergeseran medan tempur militer dunia. Selain pertempuran fisik, juga perang menggunakan internet secara besar-besaran.
Peradaban mulai dari era 1.0 ketika peradaban manusia masih didominasi kegiatan berburu. Kemudian disusul peradaban era 2.0 yang ditandai dominasi pertanian. Selanjutnya era industri 3.0, dan peradaban zaman sekarang 4.0 yang ditandai kegiatan serba internet.
Brigjen Iroth tampil memukau dengan presentasinya yang lengkap dan menarik didampingi moderator Merson Simbolon, Ketua SMSI Sulawesi Utara. “Seiring perubahan peradaban dari era ke era, dunia pertempuran militer di seluruh dunia pun berubah,” kata Iroth.
Mulai dari pertempuran fisik menggunakan tubuh, perang dengan senjata-senjata canggih produk industri persenjataan, hingga perang dengan menggunakan internet secara besar-besaran.
“Perang generasi terakhir menggunakan persenjataan dengan dukungan internet untuk pertempuran udara, laut, dan darat. Pertempuran sekarang ini memanfaatkan kecanggihan internet, dan media berbasis siber,” tutur Iroth.
Karakter penyalahgunaan media berbasis siber, terutama media sosial, dapat dilihat dari cara kerja antara lain merekayasa fakta dan informasi, menjungkir-balikkan fakta, menyebarkan kebohongan, dan provokasi melalui media siber.
Sumber: Rilis SMSI I Editor: R. Rido Ibnu Syahrie