Nusa Tenggara Timur. Lama tidak teraliri listrik. Kini, sebanyak 120 Kepala Keluarga (KK) di Pulau Messah Nusa Tenggara Timur tidak lagi gelap gulita. Pulau yang tak jauh dari destinasi wisata Labuan Bajo itu terang benderang, meski di malam hari.
Pulau Messah rencananya akan menjadi lokasi kunjungan para delegasi the 2nd Energy Transitions Working Group (ETWG) pada tanggal 25 Juni 2022. Pemerintah melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menyediakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Messah dengan produksi energi sebesar 497.884 kWh.
Beroperasi sejak Oktober 2019, PLTS ini bagian dari PLTS komunal milik Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Flores PT PLN. Saat memasuki pulau ini, kita akan disajikan hamparan panel surya di atas bukit. Sebanyak 1.102 panel surya berkapasitas 530 kilo watt peak (kWp) menutupi perbukitan seluas 7.500 meter persegi.
Panel surya itu ditopang 590 buah baterai, 27 unit solar inverter dan 5 unit bidirectonal inverter. PLTS ini mampu mengalirkan listrik ke 467 pelanggan dengan empat jenis pelanggan yakni rumah tangga (R1 dan R2), binis (B1) dan sosial (S1).
Masyarakat setempat sangat terbantu dengan kehadiran PLTS Messah. Haji Basgun misalnya. Warga Messah berusia 51 tahun ini menceritakan kondisi Pulau Messah sebelum adanya aliran listrik dari tenaga matahari.
“Kami harus cari ke Labuan Bajo untuk tempat penyimpanan es. Perlu uang lagi sekitar 200 ribu rupiah untuk solar, belum termasuk harga es. Manfaat listrik surya ini luar biasa, ” ungkap Basgun yang kesehariannya bekerja sebagai nelayan.
Ia mengungkapkan bagaimana anak-anak di Pulau Messah dulunya memanfaatkan lentera sebagai sarana penerang ketika belajar di malam hari hari. “Pakai lentera atau genset, tapi tidak sampai larut malam. Mereka mau belajar sampai jam 10 malam tidak bisa,” ujar Basgun.
Pulau Messah, kata Basqun, awalnya sering disebut sebagai pulau mati. Kondisinya gelap, dan banyak kejahatan. “Alhamdulillah sekarang sudah terang dan mencegah terjadinya kejahatan di setiap lorong jalan,” kata d. Terasa banget manfaat PLTS Messah ini,” ujarnya.
Dengan adanya PLTS itu, perangkat teknologi komunikasi mulai banyak dimanfaatkan. Padahal dulunya hampir tidak ada orang yang memiliki telepon genggam karena susah ketika habis charge. “Sekarang anak tujuh tahun saja sudah punya handphone. Kami merasa hidup seperti di kota,” ungkap Basgun.
Warga setempat lainnya, Jukri (52) menuturkan masyarakat dulunya patungan membeli listrik dari perusahaan swasta untuk menyewa mesin diesel. Sewa mesin diesel itu untuk 10 hingga 20 rumah dan dibayar Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per malam. “Makanya kita senang tidak perlu berbayar lagi dengan adanya PLTS ini,” kata Jukri.
Jukri merasakan kualitas penerangan di wilayahnya lebih baik untuk kebutuhan rumah tangga dan usaha. Genset menjadi sumber utama listrik sebelum adanya PLTS. Namun, hanya untuk mereka yang berpenghasilan tinggi. Bagi warga yang ingin menikmati listrik bisa membeli ke warga yang memiliki genset.
Bagian PLTS Komunal
PLTS Messah saat ini sudah memproduksi energi sebesar 497.884 kWh sejak beroperasi Oktober 2019. PLTS ini bagian dari PLTS komunal milik Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) Flores PT PLN.
Beberapa sebaran PLTS komunal di UPK Flores tersebar di pulau-pulau terpencil diantaranya PLTS Palue berkapasitas 760 kWp, PLTS Messah berkapasitas 530 kWp, PLTS Gunung 490 kWp, PLTS Golo Lebo 440 kWp, PLTS Parumaan 420 kWp, PLTS Papagarang 380 kWp.
Selain itu ada PLTS Nuca Molas berkapasitas 380 kWp, PLTS Wontong 320 kWp, PLTS Nangabere 270 kWp, dan PLTS Mbakung 260 kWp. Ada juga PLTS Kebirangga Selatan 200 kWp, PLTS Ranakulan 190 kWp, PLTS Seraya 190 kWp, PLTS Kakasewa 140 kWp, PLTS Batu Tiga 120 kWp, PLTS Legur Lai 150 kWp, dan PLTS Kalelu 100 kWp.
Berdasarkan data PLN, bauran energi dari pembangkit EBT UPK Flores sebesar 24% (Januari – Mei 2022) atau 35,599 GWh ekuivalen dengan 9.503.760 liter High Speed Diesel (HSD). (na/and)