Home / Politik

Senin, 5 Juli 2021 - 18:41 WIB

Elegi Merdeka dari Pandemi

Ilustrasi elegi merdeka dari pandemi covid19. by newscafe-online.com

Ilustrasi elegi merdeka dari pandemi covid19. by newscafe-online.com

Oleh: Rully Iswanto*

SATU persatu korban corona virus diseases (Covid-19) berjatuhan, tidak pandang bulu, siapa saja bisa kena. Rakyat biasa, pejabat, konglomerat, siapa saja. Dalam hitungan hari dan jam, berturut-turut media ramai memberitakan meninggalnya para tokoh dan pesohor negeri ini. Setelah sebelumnya dalang terkenal Indonesia, Ki Manteb Sudarsono meninggal dunia karena terpapar Covid-19 pada Jumat (2/9/2021).

Disusul kemudian Putri Presiden pertama RI Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2021) sekitar pukul 06.15 WIB. Adik Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tersebut yang juga dikenal sebagai politisi Partai Gerindra, meninggal dunia juga akibat terpapar Covid-19 setelah dirawat di rumah sakit. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad kepada media beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Minggu (4/7/2021), kita dikejutkan kembali oleh berita meninggalnya artis Jane Shalimar dalam usia 41 tahun setelah sebelumnya diberitakan terinfeksi. Plus komorbid berupa asma sebagai penyakit penyerta.

Pada hari yang sama, sekira pukul 20.22 WIB, eks Ketua Umum Golkar, mantan menteri yang tersohor, Harmoko tutup usia di RSPAD Gatot Subroto. Berita meninggalnya disampaikan oleh Ketua DPP Golkar Dave Laksono kepada wartawan, Minggu (4/7/2021). Eks Menteri Penerangan pada masa Orba itu wafat di usianya yang ke 82 tahun setelah sebelumnya dirawat karena infeksi paru.

Memang kematian tak memandang usia dan status seseorang, waktu dan tempat, apalagi di masa dunia sedang menghadapi krisis pandemi global. Di saat pulau Jawa dan Bali ditetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diberlakukan mulai tanggal 3 sampai 20 Juli 2021.

Baca juga:  Geliat Netizen Indonesia Mengetuk Arsy

Tetap saja ada suara pro dan kontra di tengah masyarakat. Walaupun setiap hari disuguhkan berita tentang melonjaknya kasus tersebut. Belum lagi berita banyaknya pasien yang meninggal akibat kewalahannya rumah sakit yang kekurangan tenaga kesehatan dan keterbatasan alat bantu kesehatan. Ruang isolasi dan BOR (Bed Occupancy Rate) diatas 80. Pasien yang keluar dan yang masuk tidak seimbang, lebih banyak yang masuk.

Belum lagi peristiwa yang mengerikan. Pasien bergelimpangan tak mengenal tempat. Di rumah sakit juga banyak kasus warga yang terpapar dan akhirnya meregang nyawa dalam waktu bersamaan. Seperti halnya di Kota Pontianak dan wilayah lainnya, (baca 6 pasien covid RS Kota). Ini sekadar gambaran terdekat.

Dalam skala luas, sejumlah layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan unit perawatan intensif atau Intensive Care Unit (ICU) rumah sakit di Pulau Jawa dipenuhi pasien Covid-19. Pihak rumah sakit banyak yang kreatif dengan mendirikan tenda-tenda darurat untuk menampung pasien. Kondisi ini mirip darurat perang.

Bersamaan dengan itu, berita-berita yang mengandung unsur hoax berseliweran di jagat maya media sosial. Mulai dari Tenaga Kerja Asing (TKA) yang tiba-tiba datang ke Indonesia di saat PPKM berlaku, sampai isu banyaknya pendapat-pendapat tokoh tentang bagaimana covid-19 dan bagaimana seharusnya pemerintah mengambil kebijakan. Semua ini akhirnya memicu banyak pihak seakan tak lagi percaya dengan pemerintahan sekarang. Taggar ‘Pak Presiden Kapan Mundur’ sebagai plesetan dari PPKM menempati trending di platform media sosial Twitter.

Baca juga:  IMI Kalbar akan Laksanakan Vaksinasi Gratis

Kondisi sosial politik terkini pun seakan mendukung untuk banyaknya lapisan masyarakat ‘gerah’ dengan kebijakan-kebijakan strategis pemerintah. Netizen kerap menyayangkan tidak adanya empati dari pejabat yang berwenang terhadap kondisi terpuruknya bangsa akibat pandemi. Permintaan maaf dan mundur dari jabatanpun dituntut oleh netizen yang menganggap kinerja pejabat yang terkait tidak becus.

Lucunya lagi, PPKM Darurat yang berlaku untuk Pulau Jawa dan Bali seolah latah diikuti pula dengan kebijakan pemerintah daerah dengan memberlakuakan hal yang sama. Padahal mungkin saja kondisinya berbeda dengan data dan fakta yang ada. Hal ini pun turut memicu perdebatan yang tak ada habisnya. Tak sedikit pula yang pro kebijakan pemerintah menantang yang kontra kebijakan pemerintah untuk memberikan kontribusi dan solusi yang nyata terhadap permasalahan yang ada.

Pandemi covid-19 sudah memasuki usianya satu setengah tahun. Beberapa negara telah mengklaim berhasil memutus mata rantai penyebaran virus corona. Sebagian lagi memilih hidup berdampingan dengan si Covid. Sementara kita, menyambut Hari Ulang Tahun kemerdekaan negara yang ke-76 dengan kelindan perbedaan yang tidak satu lagi.

Pandemi covid-19 belum apa-apanya untuk menyatukan negeri ini. Bahkan ketika puluhan ribu generasi bangsa menemui ajalnya, generasi yang lain sibuk beramuk menasbihkan diri siapa yang paling benar mengurus negara. (*jurnalis pontianak-times.co.id dan newscafe-online.com)

Share :

Baca Juga

Uji Publik Rancangan Penataan Dapil

Politik

Kabupaten Sambas Pilih 5 atau 7 Dapil
Dana Hibah Pemilukada 2024

Politik

Pilkada Kalbar 2024, Tunda Pembangunan Fisik
Ketua DPD Nasdem Kabupaten Melawi

Politik

Widya Resmi Pegang Tampuk Pimpinan Nasdem Melawi
Prabasa Anantatur

Politik

Golkar Kalbar Tasyakuran Pemilu 2024

Politik

Pertemuan Puan-Airlangga, Simbol Persahabatan Politik
Loggo Bawaslu

Politik

Pendaftaran Bacalon Bawaslu Kalbar Dibuka
Maman Abdurrahman

Politik

Midji Lengser, Maman Konsolidasi Kekuatan
Safari Ramadan Golkar Kalbar

Politik

Maman Beri Target Golkar Mempawah 8 Kursi
error: Content is protected !!