Singkawang. Memasuki hari keempat banjir di Kota Singkawang, semakin merata di setiap kecamatan, Rabu (8/3/2023). Hanya sebagian kecil saja yang terbebas dari banjir.
Beberapa lokasi yang aman dari kepungan banjir itu berada di dataran tinggi seperti di sebagian Roban, Jalan KS Tubun, Jalan Veteran dan sedikit lokasi lainnya. Mayoritas terkena banjir dengan ketinggian bervariasi antara 45 sentimeter hingga 1 meter.
Limpasan air semakin menjadi, menyusul hujan deras yang mengguyur dalam beberapa hari terakhir ini. Sungai dan parit-parit sempit yang ada, malahan meluap dan tidak mampu menampung debit air yang besar. Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya tata kelola drainase yang jelek.
Banjir di Singkawang di 2023 ini adalah yang pertama, sebelumnya pada 2022 juga pernah dilanda banjir hebat selama lebih kurang tiga kali. Akibat banjir saat ini, berdampak pada terendamnya ratusan rumah, ruas jalan, dan sarana umum lainnya.
Banjir terparah terjadi di Kelurahan Condong Kecamatan Singkawang Tengah, yang tersebar merata dengan ketinggian air hingga 1 meter.
Dalam kondisi banjir ini, Penjabat Walikota Singkawang, Drs H Sumastro MSi sibuk mendatangi lokasi banjir, sekaligus membagikan bantuan dari Pemkot Singkawang. Lokasi yang ditinjau itu antara lain di Pasar Baru dan Posko Banjir Kelurahan Condong, Selasa (7/3/2023).
Sumastro turun lapangan bersama Wakil Ketua DPRD Kota Singkawang, Kadis Sosial, BPBD, Forkopimcam, camat dan lurah. “Kami akan mendata ulang jumlah infrastrukutur terdampak banjir, kemudian melaporkannya ke BPBD Provinsi. Harapannya agar ada program konkret penanganan pasca banjir,” ujar Sumastro.
Sumastro memang memiliki tekad untuk menyelesaikan persoalan banjir di Kota Singkawang. Hal itu dikemukakannya sehari setelah dilantik menjadi Penjabat Walikota Singkawang. “Cuaca memang ekstrem ditambah banyak penyebab lainnya. Kita sudah berupaya mengendalikan banjir secara simultan melalui normalisasi sungai,” ujar Sumastro.
Pemkot juga melakukan upaya pengendalian banjir dengan mengerahkan eksavator amphibi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Upaya itu bekerjasama dengan Balai Sungai Dinas PUPR Provinsi Kalbar.
Selain itu, Sumastro merencanakan kerjasama dengan Universitas Tanjungpura dalam hal kajian komprensif agar pelaksanaan program fisiknya menjadi terarah dan optimal. “Selain cuaca, juga peta kontur dan wilayah yang memerlukan penanganan segera. Termasuk perlunya memperbanyak saluran pembuang menuju laut.
RTRW
Tokoh Masyarakat Kota Singkawang, Iwan Gunawan menyikapi persoalan banjir ini menjelaskan hal paling mendasar disebabkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). “RTRW itu telah diubah dengan mudah, tanpa mempertimbangkan hasil Pansus,” ujar Iwan.
Kondisi banjir di Singkawang yang datang bertubi-tubi ini, kata Iwan, tidak terlepas dari kebijakan saat walikota Tjhai Chui Mie menjabat. “Seharusnya perubahan RTRW itu dibarengi dengan normalisasi atau revitalisasi parit secara besar-besaran,” kata Iwan.
Gubernur Kalimantan Barat, H Sutarmidji, menyoroti persoalan banjir lebih disebabkan oleh terganggunya lingkungan. “Kejadian banjir di Sambas, Bengkayang dan beberapa daerah lainnya, membuat kita harus melihat betapa bahayanya kalau bukit sudah tidak rimbun lagi,” kata Sutarmidji dalam akun resminya.
Bantuan
Banjir Singkawang telah menimbulkan empati dari berbagai pihak melalui pengucuran bantuan. Selain dari Pemkot Singkawang, juga dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan ini menyalurkan bantuan berupa makanan.
Dari pihak Pemprov Kalbar, Sutarmidji menjelaskan penanganan bencana memiliki SOP (Standar Operating Procedur, red), sudah ada cadangan pangan masing-masing daerah 100 ton. “Kalau tak cukup, provinsi ada 200 ton. Saya sudah minta Wagub segera serahkan 1000 paket sembako di Bengkayang dan 1000 di Sambas plus 200 dus Mie instan,” ujar Sutarmidji.
Bantuan itu juga melalui relawan PMI yang membawa 200 dus mie instan dan makanan bayi untuk daerah Jagoi Babang. “Nanti pasca banjir baru dilihat apa yang harus dilakukan untuk rehabilitasi. Provinsi tetap back up daerah,” kata Sutarmidji.(tim pt)