Bagi yang senang berkunjung ke tempat-tempat wisata minat khusus, Kota Pontianak memiliki banyak pilihan lokasi. Salahsatunya adalah Pecinan Pontianak. Wilayah pemukiman yang mayoritas dihuni oleh warga Tionghoa ini terletak di jantung kota, tepatnya sekitar Jalan Gajahmada.
Pecinan Pontianak memiliki spot Instagramable berupa mural atau lukisan dinding di Jalan Gajahmada Gang Gajahmada 9. Pengunjung dapat berswafoto dengan latar lukisan bertema budaya Tionghoa yang terdapat pada dinding rumah toko milik warga. Mural tersebut berada tepat di depan pintu masuk gang dengan posisi berseberangan, kanan dan kiri. Sehinggga ketika pengunjung masuk ke dalam gang seolah-olah berada dalam suasana khas oriental.
“Kami menyebut tempat mural ini bagian dari Pecinan Pontianak. Karena kita ingin sebutan Pecinan Pontianak menjadi populer sebagai wisata unggulan,” jelas Herfin Yulianto, pegiat wisata yang juga penggagas mural di Gang Gajahmada 9.
Menurut Herfin, sebenarnnya Kota Pontianak memiliki banyak potensi tempat untuk dijadikan destinasi wisata. Namun konsepnya harus terpadu dan memerlukan kesadaran semua pihak agar lokasi tersebut bukan hanya sekadar tempat bermukim saja. Padahal, jika dikelola dengan baik tentunya akan menjadi destinasi wisata yang nantinya dapat menggerakkan ekonomi warga sekitar.
“Itulah makanya saya memilih tempat ini untuk dikelola, karena selain berada di depan mata saya karena sehari-hari saya beraktifitas di sini. Juga dikarenakan kehidupan sosial budaya Tionghoa sangat menarik bagi saya untuk dijadikan destinasi wisata unggulan,” papar Herfin.
Herfin menceritakan awal gagasannya menjadikan beberapa tempat menjadi destinasi wisata minat khusus atau ekowisata, sempat ditolak oleh warga. Pada akhirnya pilihannya justru pada tempat dimana dirinya berkaktifitas dan menjalankan usaha.
Herfin memiliki tempat usaha rental sepeda di Gang Gajahmada 9, tempat dimana sekarang dijadikannya tujuan wisata unggulan, Pecinan Pontianak. Rental sepeda yang diusahakannya khusus disewakan untuk para wisatawan lokal dan mancanegara.
Khusus wisatawan luar Kota Pontianak, Herfin turun langsung menjadi pemandu. Ia mengajak gowes wisatawan dengan rute dalam kota, kemudian menuju waterfront dan menyisir tepian Sungai Kapuas dari arah Taman Alun-alun kapuas. Setelah itu menyeberangi sungai menggunakan perahu menuju arah Istana Kadariyah, rute lain dengan menyeberangi Jembatan Tol Kapuas.
Herfin mengajak tamunya merasakan sensasi bersepeda sambil menikmati kehidupan budaya warga tepian Sungai Kapuas. Pengalamannya selama belasan tahun sebagai pegiat wisata, menjadikan Herfin Yulianto paham bagaimana seharusnya sebuah objek wisata dikelola.
Tapi sayang, terkadang gagasannya kurang mendapat dukungan dan apresiasi pemerintah. Sebut saja ketika tahun 2016, Herfin pernah membuat heboh dengan membangun Museum Orangutan yang diklaimnya sebagai museum orangutan pertama di dunia.
Museum ini digagasnya berdasarkan pemikiran bahwa orangutan sebagai spesies satu-satunya di dunia yang menempati pulau Kalimantan dan Sumatera terancam punah oleh perburuan dan pembukaan lahan hutan untuk industri. Ia membangun museum itu menggunakan biaya sendiri dan donasi rekan-rekannya dari dalam dan luar negeri tanpa ada campur tangan pemerintah.
Diceritakannya saat itu, ia merasa malu karena tamu-tamunya dari mancanegara sering mengungkapkan keinginan untuk melihat orangutan sementara kita di Kalimantan tidak memiliki tempat khusus untuk itu.
Motivasi untuk berkontribusi bagi pariwisata Kalimantan Barat dipupuk Herfin dengan jiwa mandiri dan independen. Terlepas ada tidaknya dukungan pemerintah, bagi Herfin pariwisata tidak akan tumbuh tanpa sinergi antara warga dan pemerintah.
Penulis : Ruly Iswanto
Editor : R. Rido Ibnu Syahrie