Pontianak. Satu persatu kelompok penyerang Ria Norsan mulai tumbang. Giliran kelompok Kolaborasi enggan dikaitkan dan memilih bubar.
H Hildi Hamid, tokoh yang menggawangi elemen gerakan Kolaborasi kepada pontianak times, Senin (6/10/2025) menjelaskan Kolaborasi telah dibubarkan. Hal ini untuk mengantisipasi fitnah yang selama ini mengaitkan dirinya dengan peristiwa politik dan hukum.
“Kolaborasi itu dibentuk saat momentum Pilgub Kalbar 2024, makanya kita bubarkan sejak aktivitas itu selesai,” ujar Hildi yang juga mantan Duta Besar Azerbaijan ini.
Hildi memang santer hendak masuk ke kancah Pilgub 2024 via jalur Hanura yang dipimpin Oesman Sapta Odang (OSO). Namun kandas lantaran tidak terakomodir dalam pencalonan, hingga kontestasi itu diikuti tiga pasangan saja yakni Norsan-Krisantus, Sutarmidji-Didi dan Muda-Jakius.
Setelah Norsan-Kirisantus terpilih, personil kelompok Kolaborasi masih sering melakukan kajian. Bahkan disebut-sebut menjadi bagian tim transisi. Waktu terus bergulir, mulai muncul serangan untuk Norsan di satu tahun berjalannya roda kepemimpinan pasanga NKRI.
Norsan menjadi saksi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam dugaan korupsi proyek jalan di Mempawah. Banyak kelompok menohok, menghendaki Norsan sebagai tersangka. Alasannya sederhana. Jika Norsan dimakzulkan, maka posisi wakil gubernur naik kelas menjadi gubernur.
Kelompok pengusung NKRI yakni PDIP, Hanura dan PPP tentu saja memiliki tiket memunculkan nama-nama pengganti. Serangan kepada Norsan bertubi-tubi. Norsan meladeni dengan senyum sambil sesekali melancarkan gerakan lembut. Pemegang tampuk utama KB 1 ini pun bergabung dengan Gerindra, parpol penguasa besutan Prabowo Subianto.
Riak-riak kecil melalui perang opini dan agitasi belum padam. Tak terkecuali tokoh pemilik kepentingan mulai support tipis-tipis untuk gerakan menyerang Norsan. Hasilnya, terjadi demonstrasi kecil-kecilan. Terbaru, demo Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-Kalimantan Barat, Jumat (3/10/2025).
Muatan Politis?
Massa tidak terlalu banyak. Harrison yang menjadi Sekda Kalbar, sekaligus Ketum KAHMI Kalbar pun hanya menutup telinga dan mata. Terlepas dari itu, sasaran demo masih kepada Norsan yang hanya menjadi saksi.
Memang ada kesan muatan politis dan dipaksakan bagi pihak yang menghendaki menuju proses pemakzulan. Sedangkan instrumen hukum menjadi kewenangan lembaga terkait tanpa harus ada intervensi.
Dalam demo HMI tersebut, muncul seorang personel HMI berinisial Y yang menjadi bagian kelompok Kolaborasi. Tak ingin tersangkut sengkarut itu, maka Hildi Hamid buru-buru menyatakan sikap. “Y itu kan HMI, tidak ada hubungannya,” kata Hildi.
Untuk lebih menguatkan, Hildi kemudian memosting pembubaran elemen gerakan dalam grup WhatsApp Sahabat Kolaborasi NKRI.
“Kepada yang terhormat saudara saudaraku. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya sampaikan dengan tegas bahwa kolaborasi dan semua ikutan dengan penamaan ini tidak lagi dapat kita gunakan secara bersama. Secara fungsi relawan kolaborasi adalah sudah tidak sudah kita bubarkan,” kata Hildi.
Dalam pernyataan lanjutannya secara tertulis, Hildi menjelaskan mulai sekarang silakan semua mengambil posisi dan sikap masing-masing terkait aspirasi dan kepentingannya, dengan tidak lagi menjadikan kolaborasi sebagai alasan atau sebagai forum untuk urusan apapun.
“Saya pribadi sudah cukup mendapatkan tuduhan dan citra negatif karena sering dikait-kaitkan dengan peristiwa politik dan hukum hari ini. Saya hanya ingin menjadi orang tua bagi semua, dan tidak ingin ikut campur,” ujar Hildi.
Penulis: R. Rido Ibnu Syahrie I Update Berita, ikuti Google News


















