Sambas. Bupati Sambas H Satono gencar berinovasi sejak menjabat kepala daerah 14 Juni 2021. Puluhan jembatan non APBD dibangun. Berlanjut ke program 1000 perpustakaan.
Satono seolah ngebut menggarap pembangunan jembatan yang menghubungkan antar desa maupun kecematan. Infrastruktur tersebut cukup efektif menunjang arus transportasi dan mobilisasi warga dalam beraktivitas, termasuk memperlancar akses perekonomian.
Terhitung hingga September 2023, telah terbangun 41 jembatan yang diberi nama ‘jembatan berkemajuan’. Satu diantaranya dalam tahap pengerjaan yakni jembatan yang berada di Dusun Sadayan, Desa Tangaran, Kecamatan Tangaran. Jembatan tersebut dirancang sepanjang 85 meter dan lebar 2,5 meter.
Pemberian nama jembatan itu mengacu pada tagline Satono sejak dirinya bersama Rofi pada Pemilukada 2020, meraih kemenangan dengan perolehan suara 85.830 atau 30,61%. Mereka unggul dari tiga pasang kandidat lainnya, termasuk pasangan incumbent Atbah-Hairiah.
Melalui jembatan berkemajuan itu, Satono seolah ingin membuktikan dirinya dapat menghadirkan infrastruktur tanpa bergantung sepenuhnya kepada anggaran pemerintah. Satono juga seolah ingin keluar dari pakem dan kebiasaan rata-rata kepala daerah yang hanya bersandar pada APBD dalam menjalankan programnya.
Pria kelahiran Senturang Kabupaten Sambas, 2 April 1980 ini bergerak menjalin komunikasi dengan para pengusaha asal Kabupaten Sambas yang telah sukses di perantauan. Para pengusaha itu disentil untuk ‘membangun kampung halamannya’.
Kemudian muncul kesadaran bahwa APBD Kabupaten Sambas sangat terbatas untuk meng-cover 195 desa yang tersebar di 19 kecamatan. Cukup luas dan perlu pemerataan. Alhasil terkumpul para donatur yang memberikan kontribusi positif. “Keberadaan donatur tidak saja membantu pemerintah, juga membantu masyarakat,” ujar Satono.
Atas upayanya itu, ia meraih anugerah perbatasan terinovatif setelah melalui penilaian selektif tim Kemendagri di ajang Innovative Government Award (IGA) 2022. Penghargaan itu juga sekaligus dilekatkan dengan Inovasi Digital Internet Pedesaan Akomodatif (Insanak).
Penganugerahan ini bukan akal-akalan, namun melalui indikator yang jelas dan terukur dalam membuktikan adanya inovasi. “Penganugerahan itu bentuk motivasi pemerintah pusat kepada daerah perbatasan,” kata Satono.
Dakwah
Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir tahun 2004 ini memang terbilang gesit dalam merespons dinamika di daerahnya. Ia juga cukup hafal dengan kondisi geografis Kabupaten Sambas.
Maklum saja, ia rajin berkeliling dan seluruh desa telah didatanginya. “Malah ada desa-desa yang dua hingga tiga kali saya datangi,” ujar Satono kepada pontianak-times.co.id.
Itu lantaran Satono sebelum menjadi bupati, telah cukup lama mendedikasikan dirinya di birokrasi pemerintahan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) selama lebih dari 16 tahun. Kala itu ia menjadi pegawai di Departemen Agama Kabupaten Sambas dan pernah menempati bagian Penyelenggara Haji dan Umroh.
Saat dirinya pindah posisi ASN ke Pemkab Sambas, saat itu pula ia banyak bergaul dan berkomunikasi dengan Bupati Sambas selama lebih kurang tiga periode kepemimpinan yakni di era Burhanuddin A Rasyid dan Djuliarti.
Kematangan Satono di jalur birokrasi semakin terlihat ketika ia menempati Kabid Sosial di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Karirnya naik karena dipercaya memikul amanah sebagai Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah.
Posisi lainnya yang pernah dijajal Satono adalah Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigran Kabupaten Sambas dan Kabag Pemberdayaan Masyarakat Setda Sambas dan sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sambas.
Tidak Canggung
Satono pun tidak canggung lagi di dunia birokrasi ketika dirinya menjadi Bupati Sambas Periode 2021-2026. Demikian pula dalam menerapkan komunikasi dengan masyarakat. Sangat lentur dan penuh kekeluargaan.
Soal yang satu ini, Satono mendapatkan banyak pengalaman dari berbagai organisasi yang digelutinya mulai di Dewan Dakwah, Persatuan Islam Tionghoa (Persis), Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi), hingga Yayasan Rumah Bina Da’i. Rata-rata dari organisasi itu dirinya menjadi ketua.
Setelah menjalankan program Jembatan Berkemajuan, Satono kembali membuat gebrakan dengan mempersiapkan launching 1000 Perpustakaan se-Kabupaten Sambas. Leading sectornya adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD).
Gerakan 1000 perpustakaan itu untuk memacu minat dan semangat membaca masyarakat Kabupaten Sambas.
Program kali ini juga memerlukan peran serta berbagai stakeholders dan rencananya perpusatakaan ditempatkan di setiap kecamatan, sekolah, kantor desa, dan tempat-tempat ibadah. Lokasi-lokasi tersebut selalu dikunjungi masyarakat.
Beberapa program lainnya tengah disiapkan dan tidak terpengaruh oleh kondisi perpolitikan menuju Pemilu Serentak 2024. Agenda tersebut tepat akan dilaksanakan bertepatan dengan kepemimpinan yang baru memasuki setengah dari lima tahun periodisasi.
Penulis: R. Rido Ibnu Syahrie I Update Berita, ikuti Google News