Home / Historia

Rabu, 21 Desember 2022 - 15:36 WIB

Besurong, Tradisi Adiluhung Melayu Sambas

DPD Majelis Perempuan Melayu Kalimantan Barat (MPMKB) Kabupaten Sambas mengelar lomba Besurong, Rabu (21/12/2022) di Balairung Sari Pendopo Bupati Sambas

DPD Majelis Perempuan Melayu Kalimantan Barat (MPMKB) Kabupaten Sambas mengelar lomba Besurong, Rabu (21/12/2022) di Balairung Sari Pendopo Bupati Sambas

Sambas. Masyarakat Kabupaten Sambas mengenal istilah saprahan dalam setiap perhelatan acara. Dalam saprahan itu terdapat aktivitas besurong sebagai tradisi adiluhung Melayu di Kabupaten Sambas.

Besurong secara harfiah berasal dari kata Surong yang berarti sajian. Besurong adalah kata kerja yang bermakna menyajikan makanan. Besurong memiliki tatacara dan aturan yang penuh dengan budaya sopan santun dari aspek pakaian, kebersihan dan gerakan.

Besurong biasa dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok yang mendapatkan tugas untuk menyajikan makanan di sebuah perjamuan pernikahan atau acara lain dalam budaya Saprahan. Pada umumnya, besurong ini dilakukan di areal khusus para tamu untuk menyantap makanan yang disebut Tarub.

Seseorang tidak dapat sembarangan melakukan aktivitas besurong. Sebab perlu memiliki skill atau keterampilan tertentu dalam hal estetika. Besurong harus dilakukan oleh orang-orang berseragam mengenakan pakaian adat Melayu Sambas.

Untuk melestarikan tradisi Besurong ini, DPD Majelis Perempuan Melayu Kalimantan Barat (MPMKB) Kabupaten Sambas mengelar lomba Besurong, Rabu (21/12/2022) di Balairung Sari Pendopo Bupati Sambas.

“Lomba Besurong untuk melestarikan budaya Saprahan bagi remaja, khususnya generasi penerus di Kabupaten Sambas,” kata Ketua MPMKB Kabupaten Sambas, Hj Naskah Istar Burhanuddin.

Baca juga:  Geliat Netizen Indonesia Mengetuk Arsy

Menurut Naskah, penguasaan tatacara besurong di majelis saprahan tersebut sangat penting agar menjadi sebuah keterampilan yang diwariskan secara turun temurun.

Lomba diikuti perwakilan dari 6 Kecamatan antara lain Kecamatan Tebas, Teluk Keramat, Sajad, Sejangkung, Sambas dan Pemangkat. “Diharapkan dari kegiatan ini dapat melestarikan budaya Melayu Sambas, serta meningkatkan seni budaya dan gotong-royong,” jelas Mak Ude, sapaan akrab Hj Naskah Istar Burhanuddin.

Juara I kategori perempuan diraih Kecamatan Sajad, juara kedua Kecamatan Pemangkat, juara ketiga Sejangkung, dan juara harapan I Kecamatan Tebas.

Sedangkan kategori Pria diraih Kecamatan Tebas juara sati, Kecamatan Sejangkung juara kedua, Kecamatan Pemangkat juara ketiga, dan harapan satu dari Kecamatan Sajad. “Semoga dengan kegiatan ini dapat menjadi bagian dari wisata budaya,” ujar Mak Ude.

Budaya Takbenda

Tradisi Besurong yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Saprahan ini memiliki nilai-nilai sosial yang dapat meningkatkan persaudaraan dan gotong-royong. Khusus budaya Saprahan Sambas ini telah tercatat dalam registrasi Budaya Takbenda.

Baca juga:  Budaya Turun Sungai Berobat Kampung

Saprahan tercatat sejak Tahun 2019 dengan Nomor Registrasi 201901036 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kategori Warisan Budaya Takbenda. Saprahan yang berasal dari kata saprah berarti berhampar. Diartikan sebagai budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan atau bersila di atas lantai secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima hingga enam orang.

Makan saprahan mempunyai makna mendalam bahwa setiap orang perlu duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Makna lainnya adalah mengutamakan kebersamaan, sikap ramah tamah dan kesetiakawanan.

Masyarakat Kabupaten Sambas biasa melakukan makan saprahan ketika acara perkawinan, tepung tawar, selamatan pindah rumah dan sunatan. Minimal terdapat lima hingga 6 jenis makanan dalam setiap hidangan yang disesuaikan dengan kemampuan tuan rumah.

Budayawan Sambas H Muin Ikram semasa hidupnya pernah menjelaskan tradisi saprahan dimulai ketika para pedagang dari jazirah Arab singgah di Sambas. Waktu itu Sambas menjadi salah satu akses bagi kapal-kapal yang berlabuh dalam kegiatan jual beli beraneka barang.

Penulis: Hendra Firmansyah  I  Editor: R. Rido Ibnu Syahrie

Share :

Baca Juga

pontianak-times.co.id

Historia

Gerbang Kota Singkawang Aneh bin Ajaib
pontianak-times.co.id

Historia

Tokoh Singkawang Bicara Konflik Gerbang
pontianak-times.co.id

Historia

Alasan Mengapa Ibukota Baru Nusantara
pontianak-times.co.id

Historia

SMSI Raih MURI, Anggota Terbanyak di Dunia
Kurban PMB Kota Pontianak

Historia

PMB Kota Pontianak Berbagi Daging Kurban
Festival Cap Go Meh 2023

Historia

Festival Cap Go Meh Sungai Pinyuh, Meriah
Gunung Poteng di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. foto: rido

Historia

Saksi Sejarah Transformasi Media
pontianak-times.co.id

Historia

Optimisme Sambut Imlek 2573 Tahun Ini
error: Content is protected !!